• 05 Februari 2018
  • 5526 Kali Dilihat
  • Super Administrator
  • Mengurai Permasalahan Sampah di Kota Padang

    Mengurai Permasalahan Sampah di Kota Padang

    Sekitar 2.500 warga ikut bersih-bersih Pantai Padang, Ahad (15/10). Kegiatan ini diinisasi oleh Kementerian BUMN, bersama dengan sejumlah BUMN di Kota Padang. Aksi ini menjawab pemberitaan masif di media soal kondisi Pantai Padang yang berselimut sampah s

    Permasalahan sampah di Kota Padang cukup membuat wisatawan geleng-geleng kepala. Saat hujan deras mengguyur beberapa jam saja, tumpukan sampah bakal menyusul terdampar di sepanjang bibir Pantai Padang.

    Lima sungai besar yang bermuara di pesisir Kota Padang, menghanyutkan berton-ton sampah yang terbawa dari hulu sungai. Jika sudah begitu, Pantai Padang berubah layaknya tempat pembuangan dengan berbagai jenis sampah ditemukan di sana, mulai dari popok bayi sampai ban bekas.

    Masalah sampah yang terjadi ini, disebut oleh Ami (55 tahun) warga Olo Padang, sebagai masalah klasik yang dihadapi Kota Padang. Bukan sekadar perkara pemerintah yang belum bisa mengelola sampah, namun Ami memandang problema sampah di Kota Padang juga bermula dari kesadaran masyarakat akan kebersihan sungai yang masih minim. Sumber masalahnya tersebar dari hulu ke hilir, baik warga yang masih saja buang sampah di sungai, pemerintah yang dianggap tak bisa mengelola sampah, hingga sistem mitigasi banjir yang kurang.
    Periode Agustus-November 2017 tahun lalu berkali-kali Pantai Padang dipenuhi sampah. Musim penghujan dan angin kencang berhasil menghanyutkan sampai dari sungai menuju laut dan diempaskan lagi ke daratan. Puncaknya, pada pekan kedua Oktober 2017, media massa baik lokal dan nasional ramai memberitakan kondisi Pantai Padang yang kotor tersebut.

    Masifnya pemberitaan membuat Menteri BUMN Rini Soemarno terbang ke Padang dan menggandeng sejumlah BUMN untuk turun langsung membersihkan sampah di Pantai Padang. Saat itu, setidaknya 50 ton sampah diangkut dari bibir pantai.

    Menyusul peliknya permasalahan sampah ini, Pemerintah Kota Padang bukannya diam saja. Sejak 2017 lalu, Pemkot sudah memulai pemasangan jaring-jaring yang dipasang di sungai yang melintasi batas kecamatan. Hingga Februari 2018 ini, sudah ada lima jaring yang terpasang di Sungai Batang Kuranji dan Batang Arau. Secara bertahap pemasangan jaring akan merata di setiap batas kecamatan. Pemkot Padang juga mencanangkan gerakan Tiga Bulan Bebas Sampah (TBBS) mulai dari Februari hingga April 2018.

    Wali Kota Padang Mahyeldi Ansharullah menyebutkan, pihaknya akan terus berupaya memaksimalkan pengelolaan sampah di Kota Padang. Apalagi pemerintah pusat menargetkan pengelolaan sampah nasional mencapai 70 persen atau 49,9 juta ton per hari di tahun 2025 mendatang. Sedangkan di Kota Padang, Mahyeldi menargetkan tingkat pengelolaan sampah mencapai 62,6 persen atau 360 ton per harinya pada 2019 mendatang. Sementara sisanya, 17,4 persen satau 97 ton sampah masih harus ditimpun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Aia Dingin, Kota Padang.

    "Semuanya harus dibiasakan, termasuk soal kebersihan ini. Dengan garis pantai 84 km dan 5 sungai besar, Padang memiliki tangangan terhadap timbunan sampah di pantai dan laut," kata Mahyeldi saat mengikuti apel Hari Peduli Sampah Nasional di bawah Jembatan Siti Nurbaya, Ahad (4/2).

    Selain memaksimalkan anggaran yang dikelola Pemkot Padang, sejumlah BUMN juga dilibatkan dalam peningkatan pengelolaan sampah ini. Bank Negara Indonesia (BNI) misalnya, menyumbangkan kapal pengumpul sampah senilai Rp 165 juta. Kapal tersebut akan difungsikan mengangkut sampah di sepanjang sungai hingga muara dan laut. PT Pelindo II juga menyumbangkan 7 unit becak motor sampah, serta PT Semen Padang menyumbang 300 truk sampah.

    Mahyeldi menyebutkan, keterlibatan swasta diharapkan bisa mengoptimalkan serapan pengelolaan sampah. Saat ini, 900 ribu jiwa penduduk di Kota Padang menghasilkan 600 ton sampah setiap harinya. Dari angka tersebut, baru 100 ton yang bisa dikelola menjadi kompos atau didaur ulang.

    Sisanya, 500 ton sampah tetap harus ditimbun di TPA Air Dingin. Dari 100 ton sampah yang diolah, 65 persen merupakan sampah organik yang bisa dijadikan kompos dan 35 persen merupakan sampah plastik dan kertas yang bisa didaur ulang.
    Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang, Al Amin, menyebutkan bahwa upaya pengelolaan lingkungan memang harus terintegrasi dari hulu ke hilir. Tak hanya pemasangan jaring-jaring sampah yang bersifat penanggulangan, pihaknya juga terus mengampanyekan budaya bersih ke masyarakat. Artinya, kata dia, aksi pemerintah juga dibarengi dengan kesadaran masyarakat yang terus meningkat.

    Memang diperlukan pergerakan dua arah untuk menangani permasalahan sampah di Kota Padang. Harapannya, sampah tak lagi mengotori pantai dan lokasi lainnya di Kota Padang, apalagi setelah hujan deras melanda.

    "Saat ini Padang rekrut 300 petugas kebersihan kelurahan kecamatan. Semoga langkah ini mampu menjaga Padang semakin bersih. Pusat perbelanjaan juga kami imbau kurangi pemberian plastik," katanya.

    Sumber : www.republika.co.id